Idul Fitri tahun 2011
Selasa dan Rabu dua hari raya Idul Fitri tahun ini. Selasa Idul Fitrinya Muhammadiyah dan Rabu hari rayanya Pemerintah. Alhamdulillah, dinikmati saja. Bicara perbedaannya dua penetapan itu, sama halnya bicara berdebat masalah ayam dan telur lebih dahulu mana. Tak ada habisnya dan menghabiskan energi.Menikmati hari raya Idul fitri, pertama ketika tilik kubur ke orang tua serta keluarga lainnya di Pemakaman Bergota. Suasananya seperti berwisata religius di makam-makam keramat Walisongo. Manusia dari berbagai daerah menuju arah yg sama yakni ke Bergota. Mereka tumplek blek berjalan berjejal dari mulai depan Eka Karya (Penjahit terkenal di Semarang) menuju jalan KH Sholeh Darat lokasi Pemakaman Bergota.
Kalau sudah demikian, cara tilik kubur leluhur, bukan lagi menyedihkan karena mengingat yg sudah meningglkan dunia, tetapi justru begitu terasa bahagia dan penuh kehangatan, karena sepanjang perjalanan menuju makam, kadang-kadang kita bertemu kawan lama, saudara atau kenalan yang baru saja kita kenal. karena suasana lebaran, spontan kita saling mengucapkan minal aidzin wal faizin mohon maaf lahir dan batin.
Wisata Religius
Menikmati hari raya Idul Fitri di Bergota, anggap saja sebagai perjalanan Wsiata Religius. Mengapa, karena sejatinya kita ingin mendoakan kerabat yag sudah meninggal dunia. Selain itu, pingin melihat kondisi makam keluarga apakah dalam kondisi terawat atau tidak. Selanjutnya, setelah tilik kubur, suasana di sepanjang menuju makan beratus-ratus pengemis mremo lebaran menunggu uluran tangan para peziarah. Jadi suasananya mirip pada lokasi-lokasi wisata religius. Selain dipadati peziarah, pengemis para pedagang juga memanfaatkan untuk mremo. Mulai pedagang Bakso, minuman ringan, mainan anak-anak hingga alat-alat kelengkapan ibadah, seperti baju koko, kerudung, tasbih serta minyak wangi berjejer-jejer memadati jalan.
Nah, bagi yang pingin wisata religius beneran, para peziarah ini akan menuju makam KH Sholeh Darat ulama besar asli Semarang. Ulama ini terkenal sebagai pengarang Kitab- Kitab klasik yang biasa diajarkan di pondok-pondok pesanrtren di pulau Jawa. Bahkan, R.A Kartini termasuk salah satu santriwatinya. kartini terinspirasi menyuarakan emansipasi wanita ketika Kartini mendapatkan hadiah berupa Al Qur'an terjemahan berbahasa jawa dari KH Sholeh Darat.
Inilah sekelumit menikmati Idul fitri di Kota Semarang menurut versi Fathu Rohman. Murah Meriah dan tetap bermakna religius dan ibadah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar