Selasa, 12 April 2011
Semarang Setara
Batan Timur IV/9 ( 12 April 2011)
Semarang Setara, sebagai sebuah slogan yang mengginginkan Kota Semarang setara dengan kota besar lainnya di Indonesia. Setara infrastrukturnya, setara tingkat pendapatan daerahnya, setara potensi pariwisatanya serta setara lain-lainnya. Mungkin pula persoalannya pun akan setara dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Misalnya, soal manajemen transportasi, Semarang mulai menyetarakan dengan kota propinsi lainnya di Indonesia. DKI jakarta, memiliki bus angkutan umum transjakarta. Maka Semarang memiliki bus angkutan umum dengan nama transemarang. Masalah kemacetan, Semarang mulai dihinggapi kemacetan lalu lintas misalnya di sekitar kawasan Kalibanteng hingga Jrakah. Kemudian daerah Jatingaleh, Kaligawe adalah titik kepadatan lalu lintas yang memiliki potensi memacetkan arah lalu lintas.
Setara adalah sejajar. Dalam istilah peribahasa disebutkan dengan kalimat " berdiri sama tinggi duduk sama rendah". Sebagai sebuah slogan, maka memiliki makna sebuah keinginan untuk menyetarakan kedudukan atau posisinya dengan pihak lain yang terlebih dahulu maju atau "berhasil" dalam halk tertentu.
Kota Semarang memang memiliki potensi sebagai kota metropolitan. Sebuah kota yang berkeinginan memiliki multi talenta. Baik dalam bidang jasa, transportasi, pemerintahan serta sosial ekonomi dan budaya.
Infrastruktur yang mengarah pada kesetaraan memanglah sudah dimiliki dan sebagian lainnya sedang di persiapkan.
Menjelang hari ulang tahun Kota Semarang Mei 2011, misalnya. Semarang akan menggelar festifal busana pada malam hari (The Nigh Festival). Acara ini sebagai event baru bagi Kota Semarang. Meski nampak acara ini sebatas menjiplak kota lainnya yang sudah menggelar event semacam ini, Jember dan Solo yang sama-sama sukses menyenyelenggarakan ferstifal batik dan fashion kreatif. Toh tetap tidak ada salahnya, karena Semarang pun memiliki batik khas Semarangan berupa motif godong asem dan burung kuntul.
Festifal busana ini akan diselenggarakan 17 April mendatang.
Masih membahas soal setaranya Semarang. Walikota Semarang Drs. Sumarmo setidaknya memberikan iklim yang humanis, seperti, car free day setiap hari Minggu pagi mulai pukul 05.00 - 10.00 di sekitar jalan Simpang Lima dan Jalan Pahlawan. Dari kebijakan tersebut, maka warga kota yang memiliki berbagai ragam talenta dapat memanfaatkan sepanjang kawasan itu untuk berekspresi sesuai dengan keinginan tanpa dibayangi terganggu kendaraan bermotor dan bebas dari polusi.
Kawasan hijau Taman KB semakin diberdayakan tanpa menghilangkan nilai estetika dan masih tetap sebagai kawasan hijau. Pedagang Kaki Lima dan UKM diberi kesempatan untuk menggunakan fasilitas hijau itu untuk mencari nafkah warga kota dengan syarat bersih dan tidak kumuh.
Pedagang Kaki Lima bukan lagi sebagai biang masalah, selama mereka dapat dikendalikan dan manut aturan. Pemerintah Kota Semarang sangat apresiatif terhadap nasib PKL. Mereka diberi tempat yang lebih nyaman. Mereka diberi waktu tertentu untuk berdagang. Ketika Pemkot Semarang memiliki hajatan dan meminta PKL untuk tidak berdagang sekian hari, ternyata PKL bersedia libur. Kerjasama inilah yang melegakan, paling tidak slogan SETARA-nya Semarang tidak menggusur dan mematikan potensi ekonomi, sosial dan kebudayaan lokal Semarangan. Justru potensi inilah yang harus di SETARA-kan dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar