Senin, 25 April 2011
Sebungkus Nasi Sejuta Doa
Bulustalan, pagi hari 07.30 ( 14/4)
Ajaran Islam banyak mengajarkan tentang arti penting dan manfaat bersedekah. Ungkapan seperti, "Tangan yang di atas lebih baik dari pada tangan yang di bawah." Bersedekahlah baik dalam keadaan lapang ataupun sempit."
Sedekah yang diberikan secara tulus ikhlas, Allah SWT memberikan jaminan akan melipatgandakan sedekah itu lebih dari 70 kebaikan. Ibarat satu tangkai padi, yang memiliki 70 bulir padi.
Islam juga memberikan jaminan kepada kaum fakir dan miskin sebagai hamba yang wajib dan berhak mendapatkan sedekah. Sebagian harta milik orang kaya, sebagian hartanya adalah milik para fakir dan miskin. Apabila haknya itu tidak diberikan maka, para fakir dan miskin itu memiliki hak untuk meminta hartanya orang kaya yang dimaksud.
Mereka yang miskin dan fakir, juga diberikan jalan untuk bersedekah kepada orang lain. Sedekah itu berupa doa. Dan Allah memberikan jaminan bahwa doa mereka yang teraniaya, fakir dan miskin akan mendapatkan kemudahan untuk di ijabahi oleh Allah SWT.
Keyakinan inilah yang melandasi aku dan istri ku senantiasa bersedekah kepada orang lain yang membutuhkan atau setidaknya bersedia menerima sedekah kami. Sedekah itu hanya sebungkus nasi untuk sarapan pagi.
Mereka yang bersedia menerima sedekah nasi bungkus itu adalah tukang becak, tukang sapu jalanan, pemungut sampah atau siapa saja yang bersedia menerima sedekah kami.
Dari sebungkus nasi yang kami berikan setia pagi hari itu, mereka membalas dengan mendoakan kami dengan berbagai macam doa. Mereka memberikan sekeranjang doa kepada kami. Mbah Jo, salah satunya, penarik becak yang sudah sepuh ini, biasa mangkal di sekitar Masjid Kesdam. Setiap kami memberi sebungkus nasi dan sedkit uang, Mbah Jo mendoakan agar kami mendapatkan limpahan barokah dan rahmat dari gusti Allah. Dimudahkan dalam mendapatkan rejeki, dipanjangkan umur kami, serta didoakan agar kami sehat wal afiat.
Seorang Ibu tukang sapu jalanan, setiap pagi menyapu sekitar Bank Muamalat Jalan Sugiopranoto. Si ibu dengan tulusnya mendaokan kami sebanyak buliran nasi yang kami berikan. Semua yang baik-baik dia doakn untuk kami.
Aku dan istriku mengamini segala doa-doa itu. Aku yakin dengan doa mereka, demikian pula istriku. Suatu ketika, entah kapan, doa-doa ibu tukang sapu dan bapak tukang becak yang sudah sepuh-sepuh itu, pasti akan diijabahi oleh gusti Allah. Aku sekeluarga, pasti akan merasakan doa-doa itu dalam sebuah kenyataan. Entah kapan, doa-doa itu bisa hadir dalam jiwa dan kehidupan ku. Jelas aku tidak bisa memastikan, tetapi keyakinan akan doa -doa itu terkabulkan, aku percaya itu. karena itulah janji yang sebenar-benarnya janji dan harapan yang benar-benar bisa diharapkan.
Doa dari sebungkus nasi itu, pasti Allah akan mengabulkanNya. Amiin...
Hampir setiap pagi hari aku dan istriku senantiasa, mereka mendoakan aku dan istriku. Dengan wajah sumringah mereka menerima pemberian kami berupa sebungkus nasi dan air teh hangat. Mereka menerima bungkusan kami yang tak seberapa harganya itu. Tapi mereka begitu berterima kasih kepada aku dan istriku. Mereka pun tanpa sungkan mendoakan agar diberi umur panjang, kesehatan, rejeki yang melimpah serta anak-anak kami menjadi anak-anak yang senantiasa berbakti kepada aku dan istriku.
Mereka itu, bapak-bapak tukang becak dan ibu-ibu yang sudah sepuh tetapi masih bersedia bekerja menjadi penyapu jalan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar