Selodor & Bentik
Mengingat masa kanak-kanak, rasanya seperti kembali masa silam yang tanpa beban. Ya, saat itu, anak-anak biasa bermain bersama. karena permainan yang dilakukan harus melibatkan banyak anak. inilah hebatnya, permainan tradisional masa itu. Misalnya, Gobak sodor, kalau di kampungku, namanya permainan selodor. Permainan ini dilakukan oleh dua kelompok. Satu kelompok mempertahankan wilayahnya jangan sampai kemasukan lawan. Kelompok lainnya, bertugas masuk pada wilayah lawan.
Untuk bisa masuk dalam wilayah lawan, pemain akan mencoba-coba untuk mengecoh penjaga wilayah sehingga bisa masuk pada wilayah lawannya. begitu seterusnya, hingga kembali lagi menuju tempat semula. Permainan ini mengajarkan sportifitas, yang kalah dan yang menang akan sama-sama puas dan bersedia menerima kekalahan. Sementara yang tim yang menang tidak akan sangat bangga, karena kemenangan itu adalah kemenangan tim bukan individu. Yang jelas, tubuh akan berkeringat, karena permainan ini dilakukan dengan lari dan strategi.
Ada lagi, permainan tradisional lainnya, yakni, permainan bentik. Alat utama permainan ini adalah sepotong batang kayu ukuran 30 Cm dan batang kayu ukuran 10 Cm. Batang kayu yang ukurannya lebih pendek diletakkan pada dua bata yang diletak bersebelahan.Sehingga ada selanya. Sedangkan batang kayu yang lebih panjang digunakan untuk mencukil batang kayu yang lebih kecil. Ketika batang kayu itu dicukil kemudian dipukul, si penjaga harus bisa menangkap batang kayu tersebut. Bila tidak dapat di tangkap. Pemain akan mendapatkan poin dengan cara menghitung jarak sejauh jatuhnya batang kayu yang tidak bisa ditangkap tadi.
Permianan itu dilakukan bergantian. Pemain yang memiliki nilai sedikit maka dia akan kena hukuman dengan cara menggigit batang kayu atau mengempit batang kayu dengan leher. Sedangkan jarak untuk menggigit batang kayu itu, mereka yang menang akan memukul batang kayu ukuran kecil itu dengan batang kayu yang lebih panjang. Biasanya mereka akan memukul kuat -kuat sehingga pukulannya bisa melambung jauh. Maka, permainan ini akan semakin jauh dari lokasi permainan semula. Jika semuanya sudah mendapatkan giliran untuk memukul batang kayu tadi. Maka, yang kalah tadi mulai menggigit batang kayu kembali ke lokasi permainan. Nah, mereka yang menang akan mengejek yang kena hukuman secara bersama-sama. Mereka akan moyoki dengan kata-kata "asu nyokot balang -asu nyokot balung" atau "asu tengeng-asu tengeng". Hehehe... kasihan ya... begitulah dolanan tradisional di kampung ku, Bulustalan.
Kini, seiring majunya tehnologi, permainan tradisional itu sudah jarang dimainkan oleh anak-anak. Bahkan anakku sendiri sudah asing dengan dolanan asli daerahnya. Mereka lebih akrab dengan Play Station.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar